Jumat, 01 April 2016

Makalah Bahan Baku Kepting Rajungan Fakutas Perikanan Dan Ilmu Kelautan UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

Makalah





KEPITING RAJUNGAN




Oleh:

Mohammad Herman Prakoso

632412021
































UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTTAN

TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN

2016







KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Allah SWT, zat yang maha kuasa segala sesuatu, karena dengan  limpahan rahmatnya sehingga penyusun bisa menyusun makalah dengan baik. sehingga dapat  menyelesaikan makalah yang berjudul “ KEPITING RAJUNGAN “
Penyusun menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan ini penyusun menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Akhirnya penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca. Puji syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Allah SWT, zat yang maha kuasa segala sesuatu, karena dengan  limpahan rahmatnya sehingga penyusun bisa menyusun makalah dengan baik
penyusun menyadari sepenuhnya ,bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan .Oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna kesempurnaan penyusunan makalah-makalah selanjutnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dalam proses perkuliahan.


                                                                                    Gorontalo,    Maret  2016 


                   Penyusun



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. ........    i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ........   ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ....................................................................................................   1
1.2  Tujuan ................................................................................................................   2
BAB II TINHJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Rajungan (Portunus pelagicus) ......................... ........   3
2.2 Morfologi Rajungan .................................................................................. ........   4
2.3 Habitat Rajungan ....................................................................................... ........   4
2.4 Keterkaitan Ekosistem ............................................................................... ........   5
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Kandungan Gizi Pada Kepiting Rajungan ................................................ ........   7
3.2 Jenis-Jenis Rajungan Yang bias Dikonsumsi ............................................. ........   9
3.2.1Rajungan Angin ................................................................................. ........   9
3.2.2 Rajungan Bintang ............................................................................. ........   9
3.2.3Rajungan Hijau .................................................................................. ........   9
3.2.4 Rajungan Karang .............................................................................. ........   9
3.2.5 Rajungan Batik .................................................................................. ........ 10
3.2.6 Rajungan Buah Kelapa .................................................................... ........ 10
3.2.7Rajungan Katak ................................................................................. ........ 10
3.2.8 Rajungan Telapak Kaki Bulat ......................................................... ........ 11
3.2.9 Rajungan Jepang ........................................................................................ 11
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ................................................................................................ ........ 12
4.2 Saran .......................................................................................................... ........ 12
DAFTAR PUSTAKA 
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara Indonesia dikenal sebagai negara bahari dimana wilayah lautnya mencakup tiga perempat luas Indonesia atau 5,8 juta km2 dengan garis pantai sepanjang 81.000 km, sedangkan luas daratannya hanya mencapai 1,9 juta km2. Wilayah laut yang sangat luas tersebut mengandung sumber daya alam perikanan yang sangat berlimpah, salah satunya adalah kepiting. Kepiting yang ada di Perairan Indo Pasifik lebih dari 234 jenis dan sebagian besar yaitu 124 jenis ada di Perairan Indonesia. Jenis kepiting yang populer sebagai bahan makanan dan mempunyai harga yang cukup mahal adalah Scylla serrat dan jenis lain yang tidak kalah penting di pasaran adalah Portunus pelagicus yang biasa disebut rajungan.
Kepiting rajungan adalah dan merupakan komoditas ekspor Indonesia. Kepiting rajungan (Portunus pelagicus) adalah salah satu hasil laut yang bernilai eknomis penting, merupakan makanan populer dan makanan lezat yang banyak digemari oleh masyarakat perkotaan dan masyarakat pedesaan, yang juga merupakan komoditas ekspor Indonesia. Menurut data Departemen Kelautan dan Perikanan 2007, bahwa pemintaan rajungan dari pengusaha restoran seafood Amerika Serikat mencapai 450 ton per bulan. Jepang sekitar 500 ton setiap bulan. Rajungan juga diekspor ke berbagai negara dalam bentuk segar yaitu ke Singapura dan Jepang, sedangkan dalam bentuk olahan kaleng diekspor ke Belanda. Disamping itu, beberapa negara lain yang membutuhkan kepiting rajungan adalah Rajungan juga diekspor ke berbagai negara dalam bentuk segar yaitu ke Singapura dan Jepang, sedangkan dalam bentuk olahan kaleng diekspor ke Belanda. (Anonim, 2008).
Hewan ini adalah merupakan kepiting perenang yang mendiami dasar Laut yang berlumur, pasir, pasir campur lumpur dan di pulau berakarang. Kepiting ini menempati habitat yang bermacam-macam seperti pantai berpasir, pantai pasir berlumpur, sekitar bakau. Kepiting ini didapatkan hampir seluruh periran laut Indonesia bahkan juga didapatkan di daerah sub-tropis.
Salah satu wilayah yang memiliki potensi perikanan kepiting rajungan yang cukup penting adalah perairan laut Sulawesi Selatan. Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian untuk menanalisi penangkapan, produksi, nilai produksi, dan pengolahan kepiting rajungan di Sulawesi Selatan. Hasil dari penetian ini diharapkan dapt dijadikan rujukan bagi pengelolaan rajungan di alam tetap dapat dieksploitasi dan terjamin kelestarian populasinya.
1.2 Tujuan
Untuk memenuhi tugas matakuliah dan kita biasa tahu bagaimana kadar protein dan gizi pada kepiting rajungan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Rajungan (Portunus pelagicus)
Rajungan adalah salah satu anggota filum crustacea yang memiliki tubuh beruas-ruas. Klasifikasi rajungan (Portunus pelagicus) menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut:
Filum               : Arthropoda
Kelas               : Crustacea
Sub kelas         : Malacostraca
Ordo                : Eucaridae
Sub ordo         : Decapoda
Famili              : Portunidae
Genus              : Portunus
pesies               : Portunus pelagicus dan Portunus trituberculatus

Gambar 2. Rajungan Jantan dan Rajungan Betina
Rajungan memiliki karapas yang sangat menonjol dibandingkan dengan abdomennya. Lebar karapas pada rajungan dewasa dapat mencapai ukuran 18,5 cm. Abdomennya berbentuk segitiga (meruncing pada jantan dan melebar pada betina), tereduksi dan melipat ke sisi ventral karapas. Kedua sisi muka karapas terdapat 9 buah duri yang disebut sebagai duri marginal. Duri marginal pertama berukuran lebih besar daripada ketujuh duri belakangnya, sedangkan duri marginal ke-9 yang terletak di sisi karapas merupakan duri terbesar. Kaki rajungan berjumlah 5 pasang, pasangan kaki pertama berubah menjadi capit (cheliped) yang digunakan untuk memegang serta memasukkan makanan ke dalam mulutnya, pasangan kaki ke-2 sampai ke-4 menjadi kaki jalan, sedangkan pasangan kaki jalan kelima berfungsi sebagai pendayung atau alat renang, sehingga sering disebut sebagai kepiting renang (swimming crab). Kaki renang pada rajungan betina juga berfungsi sebagai alat pemegang dan inkubasi telur (Susanto.2010).
2.2 Morfologi Rajungan
Menurut Juwana dan Romimohtarto (2000) bahwa karapas rajungan mempunyai pinggiran samping depan yang bergerigi dan jumlah giginya sembilan buah. Abdomen terlipat kedepan dibawah karapas. Abdomen betina melebar dan membulat penuh dengan embelan yang berguna untuk menyimpan telur. Rajungan berkembang biak dengan cara bertelur setelah disimpan didalam lipatan abdomen. Rajungan berwarna kebiru-biruan dan bercak-bercak putih terang pada jantan, sedangkan betina berwarna dasar kehijau-hijauan dengan bercak putih agak suram, perbedaan warna ini terlihat jelas pada rajungan dewasa. Sumpitnya kokoh, dan berduri biasanya jantan mempunyai ukuran yang lebih besar dan lebih panjang dari betina. Rajungan dapat tumbuh mencapai 18 cm (Cholik.2005).
2.3 Habitat Rajungan
Habitat rajungan adalah pada pantai bersubstrat pasir, pasir berlumpur dan di pulau berkarang, juga berenang dari dekat permukaan laut (sekitar 1 m) sampai kedalaman 65 meter. Rajungan hidup di daerah estuaria kemudian bermigrasi ke perairan yang bersalinitas lebih tinggi untuk menetaskan telurnya, dan setelah mencapai rajungan muda akan kembali ke estuaria (Mirzads. 2009).
Rajungan banyak menghabiskan hidupnya dengan membenamkan tubuhnya di permukaan pasir dan hanya menonjolkan matanya untuk menunggu ikan dan jenis invertebrata lainnya yang mencoba mendekati untuk diserang atau dimangsa. Perkawinan rajungan terjadi pada musim panas, dan terlihat yang jantan melekatkan diri pada betina kemudian menghabiskan beberapa waktu perkawinan dengan berenang. Sebagaimana halnya dengan kerabatnya, yaitu kepiting bakau, di alam makanan rajungan juga berupa ikan kecil, udang-udang kecil, binatang invertebrata, detritus dan merupakan binatang karnivora. Rajungan juga cukup tanggap terhadap pembeian pakan furmula/pellet. Sewaktu masih stadia larva, hewan ini merupakan pemakan plankton, baik phyto maupun zooplankton (Cholik.2005).
2.4 Keterkaitan Ekosistem
Portunus pelagicus, juga dikenal sebagai bunga kepiting, kepiting biru, rajungan, kepiting manna biru atau kepiting pasir, adalah kepiting yang ditemukan di intertidal muara dari Hindia dan Samudra Pasifik (pantai Asia) dan Timur Tengah- pantai di Laut Mediterania. Kepiting-kepiting tersebar luas di bagian timur Afrika , Asia Tenggara , Asia Timur , Australia dan Selandia Baru .
Rajungan (swimming crab) memiliki tempat hidup yang berbeda dengan jenis kepiting pada umumnya seperti kepiting bakau (Scylla serrata), tetapi memiliki tingkah laku yang hampir sama dengan kepiting. Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan jenis kepiting perenang yang juga mendiami dasar lumpur berpasir sebagai tempat berlindung. Jenis rajungan ini banyak terdapat pada lautan Indo-Pasifik dan India. Sementara itu informasi dari panti benih rajungan milik swasta menyebutkan bahwa tempat penangkapan rajungan terdapat di daerah Gilimanuk (pantai utara Bali), Pengambengan (pantai selatan Bali), Muncar (pantai selatan Jawa Timur), Pasuruan (pantai utara Jawa Timur), daerah Lampung, daerah Medan dan daerah Kalimantan Barat (Roffi. 2006).
Dalam pertumbuhannya, rajungan (dan semua anggota Portunidae) sering berganti kulit. Kulit kerangka tubuhnya terbuat dari bahan berkapur dan karenanya terus tumbuh. Jika ia akan tumbuh lebih besar maka kulitnya akan retak pecah dan dari situ akan keluar individu yang lebih besar dengan kulit yang masih lunak. Rajungan yang baru berganti kulit, tubuhnya masih sangat lunak, diperlukan beberapa waktu untuk dapat membentuk lagi kulit pelindung yang keras. Masa selama bertubuh lunak ini merupakan masa paling rawan dalam kehidupan kepiting, karena pertahannya pun sangat lemah. Tidak jarang ia disergap, dirobek-robek dan dimakan oleh sesama jenisnya. Kanibalisme di kalangan rajungan tampaknya memang merupakan hal yang sering terjadi terutama dalam ruang terbatas, baik pada yang dewasa maupun yang masih larva. Seekor rajungan dapat menetaskan telurnya menjadi larva sampai lebih sejuta ekor. Larva yang baru menetas ini bentuknya sangat berlainan dari bentuk dewasa. Larva ini mengalami beberapa kali perubahan bentuk sampai mendapatkan bentuk seperti yang dewasa. Larva yang baru ditetaskan (tahap zoea) bentuknya lebih mirip udang daripada rajungan. Di kepalanya terdapat semacam tanduk memanjang, matanya besar dan di ujung kakinya terdapat rambut-rambut. Tahap zoea ini sendiri lagi dari 4 tingkat untuk kemudian berubah ke tahap megalopa dengan bentuk yang lain lagi. Berbeda dengan yang dewasa yang hidup di dasar, larva rajungan berenang-renang, terbawa arus, dan hidup sebagai plankton. Pada tahap megalopa, bentuknya sudah mulai mirip rajungan, tubuhnya makin melebar, kaki dan capitnya sudah jelas wujudnya, matanya sangat besar (bahkan bisa lebih besar dari mata yang dewasa). Barulah pada perkembangan tahap berikutnya terbentuk juvenil yang sudah merupakan rajungan muda (Cholik.2005).



BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kandungan Gizi Pada Kepiting Rajungan
Daging rajungan mempunyai nilai gizi tinggi. Rata-rata per 100 gram daging rajungan mengandung karbohidrat sebesar 14,1 gram, kalsium 210 mg, fosfor 1,1 mg, zat besi 200 SI, dan vitamin A dan B1 sebesar 0,05 mg/ 100 g. Keunggulan nilai gizi rajungan adalah kandungan proteinnya yang cukup besar, yaitu sekitar 16-17 g/ 100 g daging rajungan. Angka tersebut membuktikan bahwa rajungan dapat dimanfaatkan sebagai sumber protein yang cukup baik dan sangat potensial. Keunggulan lain adalah kandungan lemak rajungan yang sangat rendah. Hal ini sangat baik bagi seseorang yang memang membatasi konsumsi pangan berlemak tinggi. Kandungan lemak rendah dapat berarti kandungan lemak jenuh yang rendah pula, demikian halnya dengan kandungan kolestrol (Mirzads. 2009).
Adapun khasiat rajungan bagi kesehatan seperti dibawah ini:
1.      Merawat rambut dan kulit
Rambut dan kulit juga memerlukan perawatan dari dalam tubuh yaitu dengan mengkonsumsi makanan yan bergizi salah satu diantara yang lainnya adalah kepiting. Kandungan Zinc dan Vitamin B12 dalam kepiting sangat dibutuhkan untuk menjaga kesehatan tubuh. Zinc ini diperlukan untuk menjaga dan mencegah kerontokan pada rambut. Sedangkan Vitamin B12 ini memiliki peran dalam menjaga kesuburan sel kulit dari kekeriputan, jadi mengkonsumsi kepiting dengan teratur tidak tertutup kemungkinan memiliki peluang dapat menunda penuaan dini.
2.      Mencegah penyakit anemia
Dengan bantuan Vitamin B12 , Zinc, dan Copper yang terdapat pada kepiting timbulnya penyakit anemia dapat dicegah. Zat-zat tersebut memiliki peran mampu memproduksi sel darah merah yang efektif. Selain untuk mencegah juga dapat digunakan untuk proses penyembuhan penyakit anemia jadi sangat cocok untuk dikonsumsi pada penderita anemia
3.      Menjaga kesehatan mata
Selain pada wortel jumlah Vitamin A yang melimpah yang terdapat pada kepiting sangat berperan untuk menjaga kesehatan mata. Kekurangan Vitamin A dapat menyebabkan gangguan pada mata, hal ini sangat cocok untuk dikonsumsi yang banyak membutuhkan sumber asupan Vitamin A.
4.      Membantu mencerdaskan otak
Menjaga kecerdasan otak adalah hal utama yang harus diperhatikan, selain mengkonsumsi susu kandungan omega 3 yang terkandung dalam kepiting dikenal mampu mencerdaskan otak dalam masa pertumbuhan. Ada baiknya meyuguhi hidangan kepiting pada anak-anak yang tidak alergi terhadap kepiting karena pada masa anak-anak pertumbuhannya masih sangat bagus.
5.      Meningkatkan kekebalan tubuh
Kandungan gizi pada kepiting memiliki peran untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Dengan meningkatnya sistem kekebalan tubuh maka faktor-fakor penyebab terjadinya penyakit dapat dicegah. Hal paling berbahaya pada kesehatan adalah membiarkan masuknya zat karsinogen kedalam tubuh. Karsinogen ini adalah zat yang dapat menyebabkan penyakit kanker. Maka dengan mengkonsumsi kepiting secara teratur mampu membantu menetralkankan zat karsinogen yang masuk kedalam tubuh sehingga sistem kekebalan tubuh tetap terjaga.
6.      Mencegah osteoporosis
Mengkonsumsi kepiting mampu mencegah terjadinya kekeroposan tulang karena kaya akan protein dan copper. Selain kalsium, copper ini diperlukan tubuh untuk membantu proses pembentukan sel syaraf pada tulang.
3.2 Jenis-Jenis Rajungan
3.2.1 Rajungan Angin
Rajungan angin atau nama lainnya Podophthalmus vigii, rajungan jenis ini ditemukan di laur terbuka hingga pada kedalaman 70 meter. Rajungan Angin dapat tumbuh sampai mencapai ukuran 14,2 cm. Rajungan ini mudah dikenali karena mempunyai tangkai mata yang relatif panjang dan hanya ada sebuah duri di ujung kanan-kiri punggungnya. Rajungan angin tertarik pada cahaya lampu sehingga sering tertangkap dengan alat tangkap bagan. Rajungan ini sering tertangkap di perairan pantai dengan jaring dasar (Ikan Mania. 2007).
3.2.2 Rajungan Bintang
Nama lain dari rajungan bintang adalah Portunus sanguinolentes, hidupnya di laut terbuka mulai dari tepi pantai hingga sampai kedalaman 30 m. Bentuknya mirip rajungan (Portunus pelagicus) dengan sembilan duri di kanan-kiri matanya. Akan tetapi, warna rajungan bintang (Portunus sanguinolentus) agak berlainan dengan rajungan (Portunus pelagicus), punggungnya hijau kotor dan di bagian punggung belakang berjejer melintang 3 bulatan merah coklat atau putih-kuning kehijauan. Rajungan ini sering tertangkap dalam jaring bersama ikan-ikan dasar (Ikan Mania. 2007).
3.2.3 Rajungan Hijau
Ada dua spesies rajungan yang disebut rajungan hijau atau kepiting batu, yaitu Thalamita crenata dan Thalamita danae. Rajungan hijau hidup di pantai-pantai yang dangkal dan di perairan payau di sekitar hutan bakau. Warnanya hijau atau hijau kemerah-merahan. Bagian luar capit Thalamita crenata licin. Ada lima buah duri di kanan dan kiri matanya, yang semakin ke belakang, semakin kecil ukurannya. Sementara bagian luar capit Thalamita danae tidak licin, tetapi berusuk membujur (Ikan Mania. 2007).
3.2.4 Rajungan Karang
Ada dua spesies rajungan yang disebut rajungan karang, yaitu Charybdis feriatus/ Charybdis cruciata dan lucifera. Jenis rajungan ini sering ikut tertangkap dalam jaring dasar di perairan dekat pantai. Jumlah duri di kanan dan kiri matanya masing-masing enam buah. Rajungan karang (Charybdis feriatus/ Charybdis cruciata) mudah dikenali karena pada punggungnya terdapat lukisan pucat menyerupai salib di bagian depan (Ikan Mania. 2007).
3.2.5 Rajungan Batik
Rajungan batik atau rajungan batu bulat (Charybdis natator) hidup di dasar laut berpasir atau berkarang pada kedalaman 15-30 m. Sering tertangkap dengan jaring dasar atau kadang-kadang juga tertangkap dengan bagan di waktu berenang. Punggungnya bergaris-garis putus melintang dan kaki capit dipenuhi duri dan bintil. Jumlah duri di kanan dan kiri matanya masing-masing enam buah. Rajungan batik dapat tumbuh mencapai ukuran besar, lebih besar daripada rajungan yang terbesar (Susanto.2010).
3.2.6 Rajungan Buah Kelapa
Rajungan buah kelapa (Calappa lophos) banyak ditemukan di perairan Jepang dan Taiwan. Namun, jenis ini tersebar di daerah tropik sampai subtropik. Rajungan buah kelapa menyukai dasar laut berpasir atau berkarang pada kedalaman 10-100 m. Di Taiwan rajungan ini disebut rajungan macan, sedangkan di Jepang disebut bapau karena bentuk batoknya seperti bakpao. Rajungan ini mempunyai batok yang keras sekali. Di kedua sisi bawah batoknya terdapat “sayap” gigi gergaji (Roffi. 2006).
3.2.7 Rajungan Katak
Rajungan katak (Rania rania) juga biasa disebut kepala udang, telapak tangan, dan kutu busuk laut. Rajungan jenis ini terdapat di Taiwan Utara dan Selatan, dan hidup di kedalaman 10-15 m di dasar perairan berpasir. Rajungan katak mempunyai badan berwarna coklat merah. Pada batoknya terdapat 8-10 pentol putih. Kaki capitnya besar berbentuk seperti telapak tangan. Karena itu, rajungan ini sering disebut rajungan telapak tangan. Sepasang matanya tumbuh di atas tangkai yang tersusun tiga bagian sehingga matanya dapat bergerak ke kanan-kiri, ke atas-bawah, dan juga mengkerut (Tabloid Info. 2007).
3.2.8 Rajungan Telapak Kaki Bulat
Rajungan telapak kaki bulat (Ovalipes punctatus) banyak ditemukan di perairan Taiwan. Spesies ini hidup pada kedalaman yang relatif luas, 10-350 m di dasar laut yang berpasir. Beberapa tahun terakhir kaki capit goreng dari jenis rajungan ini sangat digemari oleh penyantap makanan laut di Taiwan (Ikan Mania. 2007).
3.2.9 Rajungan Jepang
Rajungan jepang (Portunus trituberculatus) banyak ditemukan di perairan Jepang dan Taiwan. Rajungan ini mempunyai punggung berwarna hijau the, ada sedikit warna ungu, dan pentol putih. Hidup pada kedalaman 10-30 m (Roffi. 2006).


BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Daging rajungan mempunyai nilai gizi tinggi. Rata-rata per 100 gram daging rajungan mengandung karbohidrat sebesar 14,1 gram, kalsium 210 mg, fosfor 1,1 mg, zat besi 200 SI, dan vitamin A dan B1 sebesar 0,05 mg/ 100 g. Keunggulan nilai gizi rajungan adalah kandungan proteinnya yang cukup besar, yaitu sekitar 16-17 g/ 100 g daging rajungan. Angka tersebut membuktikan bahwa rajungan dapat dimanfaatkan sebagai sumber protein yang cukup baik dan sangat potensial. Keunggulan lain adalah kandungan lemak rajungan yang sangat rendah.
4.2 Saran
Adapun dalam penyusun makalah ini saya menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penyususnan makalah oleh karena itu saya memintakan saran dan kritik yang membangun kepada pembaca untuk perbaikan makalah kami selanjutnya.


DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008. Kepiting  Rajungan.  http://www.mangrove.nus.edu.sg/. Diakses 4 Agustus 2008).
Cholik, F., A.G. Jagatraya., R.P. Poernomo. dan A, Jauzi. 2005. Akuakultur: Tumpuan Harapan Masa Depan Bangsa. Penerbit Masyarakat Perikanan Nusantara dengan Taman Akuarium Air Tawar Taman Mini ”Indonesia Indah”. Jakarta. 415 h
Ikan Mania. 2007. Pengamatan Aspek Biologi Rajungan dalam Menunjang Teknik Perbenihannya. http://ikanmania.wordpress.com/2007/12/31/ pengamatan- aspek-biologi- rajungan- dalam- menunjang- teknik perbenihannya. (Akses 11 Juni 2010).
Mirzads. 2009. Pengemasan Daging Rajungan Pasteurisasi dalam Kaleng. http://mirzads.wordpress.com/2009/02/12/pengemasan-daging-rajungan-pasteurisasi-dalam-kaleng/. (Akses 11 Juni 2010).
Roffi. 2006. Budidaya Rajungan.http://akuakultur.wordpress.com/2006/12/23/ budidaya-rajungan-2/. (Akses 11 Juni 2010).
Susanto, N. 2010. Perbedaan antara Rajungan dan Kepiting. http://blog.unila. ac.id/gnugroho/category/bahan-ajar/karsinologi/. (Akses 11 Juni 2010).
Tabloid Info. 2007. jalan pintas pembenihan rajungan. http://tabloid_info. sumenep.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=233&Itemid=28.